Selasa, 30 Desember 2014

Cita-cita kini dan harapan masa depan

Assalamualaikum temen-temen, semoga Allah melindungi, memberkahi dan meridhoi setiap aktifitas kita. aamiin..

Oiya apa sih cita-cita kalian saat masih kecil. Cita-cita anak kecil itu gampang ketebak yaa, pasti gak jauh-jauh dari cita-cita pengen jadi dokter, jadi polisi, jadi guru dll. Dulu saya punya cita-cita jadi dokter, soalnya dokter itu bisa nolongin orang yang kesakitan, bisa nyembuhin orang, daan kalo jadi dokter uangnya itu banyak sampe laci aja gak cukup buat nyimpen uangnya (itu kata ayah saya dulu).. hehehe..

Cita-cita jadi dokter ini disimpen di hati, berusaha belajar keras supaya jadi kenyataan. Tapi makin besar, ketemu banyak realitas kehidupan, halangan & rintangan (halah gaya), cita-cita itu gak terwujud karena 2 hal. Pertama karena saya kurang pinter, otaknya gak mampu buat nerima pelajaran sebagai dokter,hahaha that's the point. Kedua karena gak ada uang buat masuk universitas tinggi dan masuk jurusan kedokteran. Akhirnya cita-cita itu di tutup rapet-rapet pake kunci ganda terus di gembok anti gergaji.
Saat itu keadaan ekonomi keluarga kami masih labil, gak ada penopang kuat dalam hal keuangan. For your info, ayah saya meninggal tahun 1999, almarhum ayah meninggalkan kami dengan usaha warung sembako. Warung sembako ini alhamdulillah cukup untuk kehidupan sehari-hari. Untuk mencukupi kehidupan keluarga kami, mamah nambah pemasukan keluarga dengan jualan gado-gado dan masakan. Sekitar tahun 2002an, 2 abang saya masih kuliah semester awal dan saya masih SMP, alhamdulillah di kasih kemudahan sama Allah masih bisa sekolah, tapi salah satu abang saya harus berhenti kuliah karena gak ada biaya. Sekitar tahun 2005 keadaan ekonomi kami sedikit membaik, kami memiliki usaha distributor yang lumayan besar waktu itu. Tapi gak lama kami bangkrut karena satu dan lain hal. Yaa itu, jadi pas tahun 2008 saya lulus SMA, gak ada perencanaan dana untuk saya melanjutkan pendidikan. Miris ya,hehehe... senyum, Alhamdulillah.  Bersyukurlah buat temen-temen yang bisa kuliah dari uang orang tua tanpa harus liat kantong ayahnya atau mamahnya, tanpa harus nanya ada uang atau engga buat kuliah. :-)

Jadinya saya gimana? Jadinya saya jalanin hidup aja mengalir tanpa ada cita-cita, tanpa ambisi, dan tanpa ada harapan lebih, karena takut, takut gak terwujud lagi seperti dulu.hehehe sok melankolis yah.

Karena mamah jadi tulang punggung keluarga saat itu, mamah jadi sibuk banget, saya ngerasa mamah gak care sama saya, saya ngerasa mamah gak pernah ada buat saya (maklum dulu kan saya masih menjabat sebagai anak alay hihihi..). Jadilah saya menjauh dari mamah, menutup diri dan membangkang. Perilaku buruk saya itu tercipta karena asumsi-asumsi buruk yang saya ciptakan sendiri. Setiap ada masalah di sekolah saya pendem dalam hati, gak pernah cerita sama mamah. "Emang mamah ngerti apah sama masalah saya? Emang mamah peduli apah sama saya?" Pertanyaan itu yang di puter terus-terusan di otak saya.

Tapi lama-lama saya liat wajah mamah yang makin menua, wajah yang jarang senyum, wajah yang sering menitik-kan air mata secara sembunyi-sembunyi, dan wajah yang selalu tampak kelelahan namun berusaha di tutupi. Liat semua itu tiba-tiba nih hati bisikin sesuatu, "Kalau gak bisa bikin mamah bahagia, seenggaknya jangan bikin mamah nangis. Liat baik-baik mamah, siapa yang mau melindungi&membesarkan hatinya kalau bukan saya anaknya. Yang kesepian karena di tinggal ayah bukan cuman saya, pasti mamah juga merasakan hal yang sama bahkan mungkin lebih berat lagi di tinggalkan suaminya dan berjuang sendiri menghidupi dan membesarkan kami anak-anaknya." Dari situ saya coba berdamai dengan mamah, saya bangun kepercayaan sama mamah dan saya hancurkan tembok tinggi yang tercipta dari asumsi buruk yang telah memisahkan saya dan mamah. Pelan-pelan saya buka hati saya, berbagi cerita apapun dan saya menjadikan mamah memiliki multiperan dalam hidup saya (jadi ibu, jadi sosok ayah, jadi sosok kakak perempuan, jadi sosok sahabat yang asik buat diskusi).

Dalam surat Luqman[31]:14 Allah berfirman : "Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu-bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu."

Alhamdulillah nikmat Allah yang tak terhingga. Saya bersyukur punya kedua orang tua yang hebat, dan alhamdulillah gak pernah muncul perasaan menyesal di lahirkan di keluarga ini. :-)

Permasalahannya sekarang, saya ingin keluarga saya terutama mamah bangga akan saya. Tapi bingungnya rasanya saya gak punya keahlian khusus, potensi istimewa atau sesuatu hal yang bisa di banggakan, yang bisa di persembahkan kepada keluarga dan orang tua.

Sampai suatu ketika saya terarik dengan materi ceramah Ustadz Yusuf Mansur Hafidzahullah. Pembawaan gaya ceramahnya easy listening, mudah di mengerti, down to earth, dan tata-bahasanya gak seperti orang yang menggurui, malah kerasa kaya diajak dan di contohin sama beliau atas praktek amal shalih. Beliau ini masuk dalam list ustdz favourite yang saya kagumi. Semua orang di Indonesia ini pasti mengenal beliau dengan baik. Terlebih beliau adalah seorang Hafidz Qur'an pelopor ODOA (menghafal dengan metode one day one ayat). Dulu nih sebelum beliau tenar, saya menganggap bahwa seorang Hafidz Qur'an itu hanya berasal dari kalangan asatidz atau mubaligh. Tapi beliau bikin gebrakan dan menyemangati bahwa semua orang bisa jadi seorang Hafidz atau Hafidzah Qur'an. Dalam hati saya bilang, "Masa sih? Saya mau jadi Hafidzah Qur'an tapi huruf hijaiyah aja saya masih sering keliru membacanya, bagaimana caranya? Mungkinkah saya?" Saya selalu merasa Al-Qur'an itu sulit di baca dan pasti sulit untuk di hafal.
Dalqm surat Yusuf[12]:2 Allah berfirman : "Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Quran dengan berbahasa arab, agar kamu memahaminya."

Dari ayat itu muncul semangat dalam diri saya, bahwa semua itu gak sesulit yang di bayangkan dan Insya Allah saya pasti bisa. Mulai tuh say cari guru buat ajarin saya lancar baca huruf hijaiyah, alhamdulillah saya menemukannya namun sayang saya gak bisa belajar lebih lama karena guru saya itu masih sibuk kuliah dan menghadapi praktek kerja lapangan. Dari situ saya mulai mencari tempat mana yang bisa nerima murid yang mau belajar Qur'an dan menjadi hafidzah Qur'an. Ternyata cuman sedikit yang saya tau dan biasanya lokasinya jauh dari rumah (keberatan ongkos hehehe).
Sebenernya udah males nyari rumah-rumah tahfidz, tapi nih hati tetep ngehibur, "Gak boleh putus asa, terus berdoa sama Allah, sabar...sabar... bentar lagi pasti ketemu rumah tahfidz yang pas..sabar.." Alhamdulillah selang satu tahun di deket rumah saya ada TK yang juga punya fasilitas Tahfidz Qur'an untuk semua umur. Innalhamdulillah... wohoooooo saya seneng tapi gak pake loncat karena kegirangan. :-D

Katanya gak punya cita-cita lagi, tapi itu kekeuh banget pengen jadi hafidzah Qur'an? Iya, alhamdulillah Ustadz Yusuf Mansur membangunkan dari tidur panjang saya bahwa cita-cita itu ada, bahwa mimpi itu bisa terjadi asalkan kita yakin, dan bahwa perlunya memperpanjang harapan tidak hanya di dunia namun, harus tembus ke akhirat. Selain beliau, Motivasi utama saya pengen jadi hafidzah Qur'an adalah orang tua, ayah&mamah. Ustadz Yusuf Mansur pernah membacakan hadits Nabi tentang hafidz Qur'an.
"Dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah 'alaihi wa sallam bersabda, : "Penghafal Al-Quran akan datang pada hari kiamat, kemudian Al-Qur'an akan berkata: Wahai Tuhanku bebaskanlah dia, kemudian orang itu di pakaikan mahkota karamah (kehormatan), Al-Qur'an kembali meminta: Wahai Tuhanku tambahkanlah, maka orang itu di pakaikan jubah karamah. Kemudian Al-Quran memohon lagi: Wahai Tuhanku ridhailah dia, maka Allah meridhainya. Dan diperintahkan kepada orang itu, bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat surga), dan Allah menambahkan dari setiap ayat yang di bacanya tambahan nikmat dan kebaikan." (HR. Tirmidzi, hadits hasan {2916}, Inu Khuzaimah, Al-Hakim, ia menilainya hadits shahih)
Siapa yang membaca Al-Quran, mempelajarinya, dan memgamalkannya, maka di pakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orangtuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah di dapatkan di dunia. Keduanya bertanya, "Mengapa kami di pakaikan jubah ini?" Dijawab, "Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari al-Quran." (HR. Al-Hakim)

Yes betul.. cita-cita saya di masa ini adalah bisa mempersembahkan jubah karamah itu buat ayah&mamah. Menjadi anak shalihah yang bisa dibanggakan orang tua saya saat bertemu Allah kelak. Walaupun sulit,  walaupun berat tetep saya harus mengusahakan pencapaian itu. Karena cuman itulah yang bisa saya usahakan, karena ayah gak liat saya tumbuh dewasa di dunia ini, kami berpisah di dunia ini dengan ayah. Tapi Insya Allah kami bisa berkumpul di surga kelak, mohon doa ya temen-temen. Yaa itulah harapan saya sekarang.

Saat ini menurut mamahku, usia saya sudah beranjak dewasa dan waktu yang tepat buaaaattt, MENIKAH!!! uhuk..
Try to be honest, gak tau kenapa hati ini masih ngerasa nyantai banget buat prospek itu, hehehe..
Terlebih ada rasa segan gitu sama yang namanya pernikahan. Bukan gak mau nikah yaa? Bukan, bukan hehehe.
Tapi menurut saya setiap orang yang membutuhkan sebuah ikatan pernikahan haruslah mempersiapkannya dengan matang. Saya cuman gak mau alasan saya menikah, karena umur yang mepet, menikah karena harta, karena tampan, karena bosan di rumah, dll, menjadi alasan utama. Saya hanya memiliki opini bahwa pernikahan adalah proses upgrade diri menapaki kisah kehidupan dalam ketaatan. Bersama pasangan saling tuntun menuntun hingga ke jannah dan menjaga mereka, anak-anak keturunan kita agar berada dalam keimanan dan berpijak pada akidah islam yang kokoh. Maka tentu yang harus di persiapkan adalah ilmu.

Sebagai seorang perempuan -ya iyalah- kita memiliki 3 dimensi peran yang berbeda. Pertama-tama seorang perempuan berperan sebagai anak dengan limpahan kasih sayang keluarga, saudara dan ayah-ibunya. Kedua seorang perempuan sedikit naik level ke peran yang di sebut istri, dalam level ini perempuan mendapat limpahan kasih sayang dan cinta dari seorang suami namun dia juga harus sabar, tegar, kuat dan sigap dalam mendukung, menghibur dan membantu suami kala dirundung duka. Level selanjutnya adalah peran sebagai ibu, nah ini kita tidak hanya harus penyayang, tegar, kuat, sigap, namun cerdas karena kita adalah madrasah pertamanya dalam menimba ilmu agama maupun kehidupan.

"Setiap saya merasa malas mencari ilmu, saya selalu ingat bahwa anak-anak saya kelak memiliki hak diajarkan dari seorang ibu yang cerdas." Kurang lebih itu pepatah bijak yang selalu di pasang sebagai display picture BBM teman-teman saya. Quote itu juga menyentak hati saya, memberi semangat untuk terus berlari mengejar ilmu. Emang butuh ilmu apa buat ngedidik anak? Kan udah sekolah sampe SMA bahkan kuliah, pasti udah cukup dong ilmunya? Belum temen-temen. Saya rasa belum.
Saya sekarang sedang mengkaji islam yang sempurna. Kok masih ngaji, emang waktu kecil kemana aja? Iya itulah salah saya abai terhadap masalah agama, mohon doa ya kawan semoga Allah mengampuni kelalaian saya ini. Saya juga berusaha belajar bahasa arab walaupun masih level rendah, agar anak saya kelak bisa belajar memahami Al-Quran dan As-Sunnah pertama dari lisan ibunya, agar anak saya kelak tidak asal ber-taklid (ikut-ikutan) dalam soal agama. Yaa.. saya memang belum memiliki keilmuan yang tinggi dan banyak seperti temen-temen. Jika boleh saya pakai pengibaratan (yang mungkin terdengar lebay :-D), saya adalah perempuan yang seperti baru bangun dari tidur panjang melelahkan saat terbangun ternyata pekerjaan yang harus diselesaikan setumpukan gunung *lebay. Atauseperti perempuan yang lumpuh dan sedang dalam proses penyembuhan tapi saya mencoba berlari, berharap bisa lari kencang dalam suatu turnamen lari.

Yap..ini harapan saya.. harapan saya di masa depan adalah menjadi istri yang shalehah saling mengingatkan dan berjalan tuntun menuntun hingga jannahNya dan menjadi ibu shalihah bagi anak-anakku kelak, mendidik sebuah peradaban yang berasal dari rahimku. Mohon doa kawan semoga, baik cita-cita masa kini maupun harapan di masa depan Allah kabulkan. Semoga kalian pun menjadi tonggak keberhasilan peradaban masa depan dalam melanjutkan kehidupan islam. Allahuma aamiin.

*maaf yaa tulisan kali ini miskin ayat Al-Quran maupun haditst :-)*

Senin, 22 Desember 2014

Inspirasi dari drama korea

Sore ini saya menonton serial drama korea yang indah. Menakjubkan karena ini drama kolosal tentang sebuah kerajaan. Drama ini indah bukan karena soal percintaannya namun juga sarat akan pelajaran dan makna, hehehe...*gaya

Tapi maafkan saya, karena saya tidak bisa menceritakan detail ceritanya, saya hanya menemukan banyak inspirasi dari drama tersebut. Alur kisah ini sebetulnya mudah untuk di tebak, kisah tentang seorang kaisar yang mencintai gadis rendahan dari kalangan biasa, namun proses menuju akhir cerita yang happy ending inilah yang perlu di jadikan pelajaran. Kaisar ini begitu menginginkan perbaikan dalam pemerintahan yang jujur dan adil terhadap rakyat. Walaupun banyak pengkhianatan yang di lakukan oleh keluarganya, orang terdekatnya bahkan orang kepercayaanya. Kaisar ini harus menahan sakitnya terluka akibat percobaan pembunuhan. Namun, sang kaisar tetap bertahan akan segala hal yang menimpanya demi satu tujuan "Happy Ending" untuk kesejahteraan rakyatnya.

Di sisi lain gadis rendahan ini berjuang begitu keras,walaupun mendapatkan deskriminasi, hinaan dan siksaan yang berat pada dirinya maupun keluarganya. Namun, si gadis ini tetap bertahan akan segala hal yang menimpanya karena satu tujuan, bertemu dengan sang kaisar untuk menyempurnakan kisah "Happy Ending" dalam hidupnya.

Jika di perhatikan, kisah ini bagaikan kiasan atau berupa pesan untuk kita semua, terutama muslim. Semua dari kita sebetulnya akan berakhir dengan indah (khusnul khatimah) hanyaaaa, proses menuju hal itu tergantung masing-masing dari kita. Jalan mana yang kita pilih dalam berproses menuju "Happy Ending"? Jalan yang penuh dengan kenikmatan namun bercampur maksiyat dan berbau hal yang haram, atauuu jalan yang begitu sulit dan menyakitkan namun tersimpan kenikmatan dalam ketaatan pada sang Khaliq. Kalau jalan yang pertama di pilih mah yah atuh gak usah ngarep hidupnya bakalan "Happy Ending" yaa..hehehe... Sebenarnya kiasan ini bukan untuk muslim aja ya, seorang kafir juga bisa kok menyelesaikan hidupnya dengan "Happy Ending", tapiiii syarat ketentuan berlaku, inget aja hidup itu pilihan, apapun pilihan hidup kita akan memberikan resiko dan hasil yang baik maupun yang buruk.

Nih yaa, kalo nonton drama korea kebiasaan buruk saya adalah membayangkan kalau saya jadi tokoh utama perempuan dari film itu..hihihi.. ini jangan ditiru ya kawan, enggresnya sih don't try this at home.
Ihh.. saya pengen banget tuh punya wajah yang chantik (tapi gak usah di bayangin saya maju mundur maju mundur chantik :D), kulit putih mulus, dan badan yang ramping,,uhuk.. who care of this?

Tapi keinginan kaya gitu tuh waktu masih alay yah. Setelah saya mengkaji tentang materi Qadla&Qadar hasil ijtihad Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullah. Bahwa sebenarnya manusia terdiri dari dua area, yaitu area yang dikuasai atau yang menguasainya. Untuk keadaan yang menguasai kita, ini berupa ketentuan Nizhamul Wujud (Sunnatullah), maka hal ini telah memaksa manusia untuk tunduk kepadanya. Manusia harus berjalan sesuai dengan ketentuannya. Sebab, manusia berjalan bersama alam semesta dan kehidupan, sesuai dengan mekanisme tertentu yang tidak kuasa untuk dilanggar. Bahkan segala kejadian yang ada pada bagian ini muncul tanpa kehendaknya. Di sini manusia terpaksa diatur dan tidak bebas memilih. Misalnya, manusia datang dan meninggalkan dunia ini tanpa kemauannya. Ia tidak dapat terbang diudara ataupun berjalan diatas air dengan tubuhnya. Ia tidak dapat menciptakan warna biji matanya, bentuk kepala, bentuk wajah, dan bentuk tubuhnya. Ia juga tidak dapat memilih dari rahim ibu seperti apa yang melahirkannya atau dalam keluarga yang bagaimana ia akan di besarkan. Nah, semua hal itu diciptakan Allah azza wa jala', tanpa pengaruh atau hubungan sedikitpun dari hamba (makhluk)-Nya. Hanya Allah-lah yang menciptakan nizhamul wujud yang berfungsi sebagai pengatur alam ini. Alam diperintah untuk berjalan sesuai dengan peraturan yang di tentukan-Nya tanpa kuasa untuk melanggarnya. Jadii singkat cerita, kita gak akan di hisab atas hal yang menguasai kita. Saya sedikit ber-imajinasi saat mengkaji tentang hal ini. Jadi kalo pas hari penghisaban itu tiba Allah gak akan nanya kenapa hidung kamu ko pesek? Kenapa badan kamu gemuk? Kenapa kamu tinggi? Kenapa muka kamu jerawatan? atau pertanyaan sejenis. Enggak ko kita gak akan di tanya akan hal itu, kenapa? Ya balik lagi karena hal itu berupa area yang menguasai kita dan gak akan di hisab tentang perkara ini sama Allah. Bayangkan dong betapa lega saya saat tau hal ini, jadi saya gak perlu repot-repot ngerubah hidung saya yang pesek jadi mancung, muka saya yang lebar jadi tirus atau hal-hal sejenis. Hehehe... Singkatnya saya gak perlu membayangkan, memimpikan, iri dan berandai-andai memiliki fisik  sempurna seperti boneka barbie ataupun seperti gadis-gadis korea. Yang perlu dilakukan cukup bersyukur atas apa yang ada pada diri saya... wohoooo asik ya...hehehe

Masih terinspirasi film drama korea tadi, saya suka quote yang diucapkan tokoh gadis jelata di film itu, "Setiap manusia memiliki senjata rahasia yang tak terlihat di tangannya, berupa harapan." Menyadur dari tulisan (kultweet) Ustadz Felix Siauw (semoga Allah melindunginya), inti dari ajaran islam, islam mengajarkan harapan, melihat sesuatu yang tak terlihat mata. 5 dari 6 rukun iman gak bisa dilihat oleh mata, Allah, Rasul, Malaikat, Kiamat, Qadha-Qadar, hanya satu yang bisa dilihat yaitu kitab Al-Qur'an. Karena itulah islam mengajari ummatnya untuk tidak hanya percaya pada yang di depan mata tapi juga harapan yang gak diliat dengan mata. Rasulpun bersabda dalam satu hadits, "Harapan (cita-cita) adalah Rahmat (kasih sayang) Allah bagi ummat Rasulullah, kalau tak ada harapan seorang ibu takkan menyusui anaknya, dan petani takkan menanam tanaman keras (tahunan)." Begitu ucap Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Harapan memberikan alasan bagi kita untuk terus maju, terus melakukan apa yang harus kita lakukan. Dan hanya mukmin yang diajari memperpanjang harapan mereka sampai ke akhirat, maka visinya lebih panjang. Karena harapan kaum muslim bukan sekedar hanya di dunia, seharusnya kita lebih semangat, lebih tangguh dari sekedar dunia aja.

Balik lagi ke drama korea tadi, ada adegan dimana si gadis di tanya sama permaisuri (lupa yg nanya permaisuri atau ibu ratu :D, maaf yaa..), "Apa bagian terpenting dalam hidupmu?" Si gadis itu menjawab, "Hati, karena di dalam hati menyimpan kekuatan yang tersembunyi." Jawaban atau quote-nya si gadis itu keren-keren ya,hehehe... sampai terpesona. Tapi tentu quote yang sangat mempesona itu berasal dari Rasulullah 'alaihi wa sallam. Rasulullah telah terlebih dulu menjelaskan tentang hati ini sejak lebih dari 1.400 tahun silam.
Dalam hadits shahih, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Ingatlah di dalam tubuh ada segumpal darah, apabila ia baik maka seluruh tubuh akan baik, dan apabila ia rusak maka seluruh tubuh akan rusak pula. Ketahuilah segumpal darah itu adalah hati."
Setiap makhluk mempunyai hati, tapi antara hati yang satu dan lainnya itu berbeda. Ada hati yang hidup, memancarkan cahaya keimanan, tertanam keyakinan dan sejahtera dengan ketakwaan. Ada juga hati yang mati, kotor, berpenyakit dan didalamnya terdapat (virus) yang membinasakan. Dalam hati seorang mukmin terdapat cahaya yang berkilauan yang tidak menyisakan suatu kegelapan, cahaya risalah abadi, tuntunan-tuntunan langit dan syariat rabbani, dimama semuanya bersandar pada cahaya fitrah yang telah di gariskan Allah kepada hamba-Nya. Maka berkumpullah kedua cahaya; cahaya risalah dan cahaya fitrah yang agung dalam hati orang yang beriman.
Dalam surat At-Taghabun[64]:11 Allah berfirman : "Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya."
"Cahaya diatas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (An-Nur [24]:35)
Hati seorang mukmin akan memancarkan cahaya laksana matahari, dan berkilauan bagaikan semburan fajar. Hati seorang mukmin kian kokoh keimanan (yang tertanam di dalamnya) dengan mendengar ayat-ayat Allah, bertambah keyakinan dengan tafakkur, dan semakin bertambah hidayahnya dengan I'tibar (mengambil pelajaran setiap peristiwa).
Maka saya setuju jika hati adalah salah satu bagian yang penting dalam hidup kita yang harus kita jaga.

Itulah pelajaran yang bisa saya ambil dari drama korea itu dari sudut pandang saya dan mencoba berbagi buat temen-temen semua. Semoga bisa menginspirasi. Mohon maaf apabila ada kesalahan dan kekeliruan. Silahkan berikan kritik dan saran. Terima kasih telah berkunjung :). Jazakumullah khairan katsiran.

*Terinspirasi dari drama korea Jong Ok Jung.

Jumat, 19 Desember 2014

DIA

Zaman sebelum hijrah dulu dan waktu masih jadi remaja di masa puber (mungkin kl sekarang istilah kerennya itu alay) masih sering tuh suka-sukaan sama temen laki-laki. Tiap liat si A jadi suka soalnya ganteng, terus kalau pas liat si B juga suka soalnya manis, si C juga keren soalnya atlet basket dll, dsb.
Mungkin itulah karena gak pernah nundukin pandangan, semua jadi terlihat menarik. Ini mata, otak& nafsu kolaborasi gak pernah ngerasa kenyang ngeliat lawan jenis tiap saat melempar pandangan.
Padahal Allah udah negur tuh di Al-Quran Surat An-Nur (24):31 : "Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakan perhiasannya kecuali yang (biasa) nampak dari padanya...."
Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda dalam hadist Qudsi yang di riwayatkan oleh Allah Azza wa Jalla, "Penglihatan adalah bagaikan anak panah beracun yang dilepaskan dari busur panah iblis. Barang siapa yang meninggalkannya karena takut kepadaKu, maka Aku akan memberikan suatu ketenangan yang kemanisannya itu dapat ia rasakan di dalam hatinya." (HR. Ahmad dan Ath-Thabrani).
Disebutkan bahwa pemuda yang menahan lirikan atau menahan penglihatannya dari yang haram itulah penunggang kuda pemberani. Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendidik sahabat-sahabatnya dengan pendidikan yang luhur. Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Hai 'Ali, janganlah sampai pandangan yang satu mengikuti pandangan yang lainnya. Kamu hanya boleh pada pandangan yang pertama, adapun yang berikutnya tidak boleh." (HR. At-Tirmidzi)
Dalil-dalil diatas berupa Kalamullah dan berupa hadist mungkin sangat familiar di telinga kita, sayapun tau akan dalil-dalil tersebut, tapi cuman dianggap angin lalu, sebatas pengetahuan aja atau gak mau mencari tau lebih jauh, ribet ya jelasinnya.hehehe.. Intinya dulu gak mau tau. Astagfirullah!
Semakin tumbuh (bukan alayers lagi tapi udah jadi alay beneran menuju dewasa) saya menyukai dia (identitas di rahasiakan) dalam diam (aslinya mah saya nunjukin ke dia kalo saya suka, astagfirullah) saya kejar tapi gak terkejar, hahaha miriiis..
Kenapa saya suka sama dia, karena saya liat pada kesan pertama *uhuk, dia yang terlihat cerdas, sepertinya shalih, kayanya engga ninggalin shalat lima waktu terus kayanya rajin upgrade-ing dirinya sama amalan ibadah sunnah lainnya, itu yang bikin saya terpesona, bahasa lebay-nya terbuai sama dia nih. Dalem hati bilang ehm...kayanya cocok nih jadi imam di keluarga (waktu itu usia saya masih 22 tahun).
Setelah mengamati si dia, segera saya pikirin beribu cara buat deket sama si dia *lebay... Entah itu ngomongin pelajaran, tugas, buku yang disukai atau apapun yg bikin komunikasi saya dan dia jadi intens, terus mulai beranjak ke tahap minta dianterin pulang, boncengan motor berdua (astagfirullah *lagi). Setelah komunikasi itu tercipta terus saya ngarep hubungan komunikasi yang lebih dari sekedar jadi temen. Nafsu yang ada di diri saya membodohi si hati kecil buat menciptakan perasaan-perasaan lain, serasa indah, serasa ini benar, serasa dia memiliki perasaan yang sama dengan saya. Oiya kata om squ (penulis buku "Pengen Jadi Baik", kalo belum kenal sok sila kenalan di blognya lewatmanasqu.blogspot.com) nafsu ibaratkan raksasa gede yang selalu menuntut pemenuhannya biasanya si nafsu selalu di dukung sama syaithan, sementara hati kecil ini sifatnya suci, baik dan selalu ngingetin si raksasa. Si raksasa ini bisa lemah kalo di kurung sama tembok yang namanya Iman.
Balik lagi ke curhatan saya tadi,hehe..
Hari ganti hari terus aja nih hati di bodoh-bodohin terus. Tiap hari galau, jadi insomnia, gak nafsu makan dll *galau akut* hahaha malu.. Terus saya nanya sama si hati apa saya ini salah, apa bener hati ini di bodohin terus. Saya perlu bukti yang bisadi-indera (dilihat oleh mata). Diem-diem saya perhatiin si dia, banyak kekecewaan yang saya rasa-in. Ternyata dia terlalu banyak tebar pesona sama temen perempuan lainnya, terlalu banyak teman dekat perempuannya tanpa ada batas ngobrol berdua, berdekatan berdua sama dia. Saya akuin dia itu ramah tapiii, apa perlu bersikap seperti itu terhadap beberapa teman perempuan. Ngeliat perilakunya tadi lama-lama gerah juga (maklum saya cemburuan) hehehe.. nah si hati kecil langsung bisikin ke diri saya, "Liat tuh dia menunjukan kebaikannya bukan cuman sama kamu aja, tapi mikir deh, perempuan yang lain juga di perlakukan sama, udahlah gak usah bodoh-bodohin hati ini terus, apa gak cape? Mau ngarep sampe kapan?"
Karena udah di bikin jleb sama si hati saya terus cari pembenaran akan kesalahan saya ini, saya curhat ke temen-temen saya maksudnya supaya dapet support tapi ternyata yang ada malah mereka membenarkan omongan si hati, sampe ada sahabat yang omongan-nya jleb sakitnya tuh disini (nunjuk ke dada). Sahabat saya bilang gini, "Orang shalih/shalihah itu gak akan pernah mau sama yang namanya pacaran, mereka biasanya menjaga dirinya dari berbagai fitnah. Mereka juga menjaga interaksi dengan lawan jenis yang bukan mahramnya." Kata-katanya gak pernah bisa di lupain, kebenaran ini menyakitkan, sakit banget serasa hidup sendiri gak ada yang dukung.
Memang saya bandel sih, saya tetep ngarep, tapi engga mengabaikan gitu aja bisikan hati sama omongan sahabat saya. Daan akhirnya saya kena batunya juga, saya dapet bukti jelas&nyata, kalau sebenenya dia gak pernah punya perasaan apapun sama saya, kecuali perasaan nyaman dalam friend zone area. Sebenernya dia juga lagi suka sama teman perempuannya dan berusaha ngejar perempuan itu buat jadi pacarnya, *praakk hati saya hancur, kesekian kalinya sakit hati ini dan di rasa semakin sakit. Pas tau hal itu dalem hati saya bilang, "Saya memang gak pantas buat dia dan dia pun gak pantas buat saya. Saya ini berharga, perlu bahagia dan perlu di perjuangkan sama seorang lelaki yang tepat."
Hal itu jadi salah satu momentum alasan hijrah saya. Saya tenggelamkan diri saya dalam pencarian agama Allah dan dalam proses pemantasan diri yang lebih baik lagi. Karena seorang bijak berkata, "Jodoh itu cerminan dari diri kita."
Dalam surat An-Nur (24):26, Allah berfirman : "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk wanita-wanita yang baik (pula). ....."
Saya tentu mendamba seorang lelaki shalih yang akan menjadi imam dan pemimpin di keluarga yang kami bangun nanti, tentunya untuk mendapatkannya saya perlu memantaskan diri, men-shalihah-kan diri agar Allah percaya bahwa jika diberi amanah (berupa pernikahan dengan pendamping yang shalih), saya mampu menjaganya, mempertahankannya.
Masya Allah, Inilah rencana Allah yang mengalur dan diatur sedemikian rupa hingga saya sekarang bisa tersenyum bersyukur, betapa Allah begitu menyayangi hambanya walupun kecil, hina dan pernah meninggalkanNya bahkan melupakanNya (T_T) *astagfirullah. Allah sesungguhnya selalu memberi petunjuk kepada hambanya asal kita mau menyambutnya. Saya coba ber-prasangka baik kepadaNya, berarti Allah tidak meridhoi aktivitas pacaran yang saya inginkan. Dalam surat Al-Isra(17):32 Allah berfirman : "Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk."
Sesuatu yang menghantarkan pada ke-haram-an (zina) maka hukumnya pun haram (pacaran).
Prasangka baik yang kedua, Allah tidak me-ridhoi saya dengan dia, begitupun sebaliknya. Berkaitan hal ini saya coba ucapkan doa yg di ajarkan oleh Rasullullah dalam riwayat Imam Ahmad, dari Ummu Salamah radhiyallahu 'anha, "Aku telah mendengar ucapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang membuat aku merasa senang. Beliau bersabda: "Tidaklah seorang kaum muslimin ditimpa musibah, lalu ia membaca kalimat istirja' (innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji'un), kemudian mengucapkan: 'Allaahumma jurni fii mushiibatii wakhluflii khairan minha (Ya Allah, berikanlah pahala dalam musibahku ini dan berikanlah ganti kepadaku yang lebih baik darinya),' melainkan akan dikabulkan do'anya itu."
Tulisan curhatan ini bukan maksud saya mengeluh pada kalian, bukan maksud juga supaya di-kasihani soalnya seakan-akan saya ini korban,hehehe... padahal dia juga mungkin jadi korban saya,hihihi..
Saya cuman berharap penggalan curhatan saya ini bisa di jadikan pelajaran dan diambil hikmahnya *kalimat rancu*. Mari kita sama-sama bergerak ke-arah yang lebih baik untuk mendapatkan ke-ridhoan Allah. Ayo move on, terus move up dari bagian jahiliyah di kehidupan kita, teruslah berdo'a dan berprasangka baik sama Allah. "Dan janganlan kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabukan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik." (Al-A'raf[7]:56)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, Allah berfirman, "Aku sesuai dengan perasangkaan hamba padaKu." (Muttafaqun 'alaih)
Temen-temen, saudariku, ukhtifillah, jangan bosen kasih saya nasehat, ingatkan saya saat saya futur dan saat saya melakukan kesalahan pada hal-hal yang di haramkan syara' atau pada aktivitas yg menghantarkan saya pada ke-haraman.
Saya menerima kritik dan saran atas tulisan saya. Yang bikin tulisan enggak lebih baik dari yang baca. Mohon maaf kalau tulisannya berantakan dan engga ngalur,hehehe... *garuk2
Jazakumullah khairan katsiran ahsanal jaza.. :-D

Kamis, 18 Desember 2014

Tentang idola

Tentang idola
Definisi idola dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah orang, gambar, dsb yang menjadi pujaan.
Banyak pemerhati perkembangan psikologi anak menyatakan rasa prihatinnya atas keadaan anak dan remaja saat ini, pasalnya saat ini para anak dan remaja telah mengalami krisis idola.
Mungkin reaksi saat denger kalo ternyata adik-adik, teman-teman, atau bahkan anak-anak kita sebenarnya krisis akan tokoh idola. Hmm..kerut jidat deh,, contohnya belum lama ini (mungkin saat ini masih) euphoria tentang tokoh K-pop atau K-drama melanda Indonesia teramat heboh. Saking hebohnya banyak fans yang meniru banyak kebiasaan artis korea idolanya. Apa sih perilaku yang khas si artis korea ini? Yuhuuu bener banget operasi plastik, fenomena ini ternyata gak cuman dilakuin sama kalangan artis korea aja lho, bahkan melanda rakyat biasa! Karena fenomena ini maka muncullah anekdot yang kesohor di negara itu, "Lebih baik hidup miskin daripada punya wajah jelek". Wiihh ngeri-ngeri miris ya sama anekdot itu. Daaan yang paling khas artis-artis korea selalu berpose intim dengan teman sejenisnya (pent.berciuman) atau dalam drama korea yang khas selalu memperlihatkan kehidupan laki-laki dan perempuan tinggal serumah tanpa ada ikatan hubungan yang jelas dan legal. Mereka sesungguhnya membawa suatu culture yang rusak.
Sadar atau gak sadar banyak perilaku menyimpang artis idola yang di tiru penggemarnya, entah itu dalam hal bersikap, bertingkah laku, berbusana, dsb. Semoga kita semua terhindar dari perilaku buruk yang mendzolimi diri sendiri maupun orang lain.
Sedikit curcol (curhat colongan) dulu saya juga pernah mengidolakan artis, lebih tepatnya boyband. Waktu zaman SD sekitar tahun 2000an (kira-kira kelas 4 atau kelas 5). Kalo yang udah setengah tua kaya saya :-) atau lebih tua dari saya :-D pasti tau WESTLIFE, boyband kenamaan dari barat. Waktu itu ritual rutin saya adalah sebelum berangkat sekolah selalu puter vcd (jadul :-P ) liat videonya, hafalin lagunya, sampe-sampe tiap malem kebawa mimpi nyanyi bareng tuh artis idola. Sampe akhirnya Westlife ini bakalan konser tour dunia, salah satu negara yang di tuju Indonesia, Jakarta lebih tepatnya. Kebayang dong girangnya, tiap hari jadi ngarep buat bisa ketemu itu si artis pujaan, malemnya kebawa mimpi kalo Westlife itu datang kerumah ngajakin konser bareng..hahaha
Lalu tibalah tanggal saat ini artis datang dan saya cuman bisa liat mereka di TV doang (gak mampu beli tiket nonton langsung,maklum mahal buu). Ternyata kejadian ini tuh gak bisa dilupain. Kenapa? Karena gak sesuai dari harapan, saya kecewa karena mereka gak pernah kerumah saya, lha gimana mau dateng kerumah, kenal saya juga enggak! Hehehe.. Dari situ saya gak mau ngidolain artis lagi buang-buang waktu karena saya sibuk mikirin si artis, eh tu artis boro-boro mikirin kita. Hahaha.. tapi ini pikiran saya yang masih SD udah kaya orang tua ya mikirnya. Itulah kenapa kalo di tanya sama guru siapa idola saya, ya jawab sekenanya aja, "Saya ngidolain mama soalnya bla,,bla,,blaa.." "Saya juga ngidolain ayah karena bla,,,bla,,blaa." (Ehh tapi di banding ngidolain artis lebih baik idolain orang tua, tapi ada yang lebih utama dari orang tua lho).
Back to the topic, Terus pertanyaannya emangnya ada sosok idola yang benar-benar ideal, gak akan mengecewakan dan mampu membuat kesadaran diri kita untuk berbuat lebih banyak hal baik. Eng...ing..eng.. jawabannya ada. Siapa? Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Kenapa harus beliau? Karena dalam surat Al-Ahzab (33):21 Allah berfirman : "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah".
Cinta kepada Rasulullah bukan buat keren-kerenan lho yah, bukan juga buat sok-sok an supaya di bilang alim, semoga Allah melindungi diri kita perasaan kaya gitu. Landasan kita mengidolakan dan mencintai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam semata-mata karena bentuk ketaatan kita akan perintah Allah.
Oiya ada sepenggal kisah dari sahabat Rasulullah ia adalah 'Umar bin khattab r.a. berkisah, "Aku berjalan bersama Rasulullah dan diikuti oleh para sahabat. Kemudian Rasulullah berjalan menggandengku." Dada 'Umar bergejolak, penuh dengan perasaan haru, bangga dan cinta kepada manusia agung ini. 'Umar pun berkata, "Demi Allah, wahai Rasulullah, sesungguhnya aku benar-benar mencintaimu." Rasulullah bertanya, "Melebihi cintamu kepada orangtuamu, wahai 'Umar?" "Ya," jawab 'Umar. Rasulullah 'alaihi wa salam bertanya lagi, "Melebihi cintamu kepada hartamu, wahai 'Umar?" "Ya," jawab 'Umar. Beliau meneruskan, "Melebihi dirimu sendiri, wahai 'Umar?" 'Umar menjawab, "Tidak." Seketika itu Rasullullah 'alaihi wa sallam berkata, "Tidak, wahai 'Umar. Tidak sempurna imanmu sampai engkau mencintaiku melebihi cintamu kepada dirimu sendiri." Lalu 'Umar pun keluar sambil berpikir. Kemudian dengan bersemangat ia kembali, lalu menyaringkan suara sambil mengulangi kalimat tadi, "Demi Allah, wahai Rasulullah, sungguh aku mencintaimu melebihi cintaku kepada diriku sendiri." Rasulullah pun berkata, "Sekarang, wahai 'Umar. Sekarang, wahai 'Umar (baru benar)." (HR. Bukhari)
Terkait hal ini, Abdullah bin 'Umar bertanya, "Apa yang menyebabkanmu berubah?"
'Umar menjawab, "Wahai anakku, ketika aku keluar, aku bertanya kepada diriku, siapa yang lebih aku butuhkan pada hari kiamat, diriku atau Rasulullah? Akupun menemukan jawabannya, diriku lebih membutuhkan beliau daripada diriku sendiri. Jika Allah tidak memberiku petunjuk melalui Rasullullah 'alaihi wa sallam, pastilah aku akan tenggelam dalam kesesatan sampai aku meninggal. Kemudian aku teringat bagaimana keadaan diriku kelak di akhirat. Aku tidak akan masuk surga hanya karena amalku, tetapi juga karena cintaku kepada Rasullullah 'alaihi wa sallam. Saat itu aku sadar bahwa aku amat membutuhkan beliau, bahkan lebih dari diriku sendiri."
Kisah 'Umar bin khattab r.a. tadi begitu sarat akan manfaat dan pelajaran, itulah poin penting mengapa kita harus mencintai dan mengidolakan Rasulullah 'alaihi wa salam.
Terus cerita kedua ini juga penting karena menjelaskan buah (hasil) cinta kita kepada Rasullullah 'alaihi wa sallam.
Suatu hari, seorang laki-laki Badui menghadap Rasullullah 'alaihi wa sallam ia bertanya, "Ya Rasullullah, kapan kiamat itu terjadi?" Rasullullah tidak segera menjawab karena sudah masuk waktu shalat. Beliau langsung shalat berjamaah. Usai shalat, beliau bertanya, "Mana orang yang bertanya tentang hari kiamat?" "Saya, ya Rasullullah," jawab orang Badui itu. "Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?" tanya Rasullullah. Orang Badui itu menjawab, "Demi Allah, aku tidak mempersiapkan amal shalat dan puasa yang banyak. Aku hanya mencintai Allah dan Rasul-Nya." Rasullullah 'alaihi wa salam bersabda, "Engkau akan dikumpulkan bersama orang yang kau cintai." (HR. Bukhari)
Dalam riwayat lain Anas r.a. mengatakan, "Kami tidak pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Rasulullah 'alaihi wa salam : Anta ma'a man ahbabta (engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai)." Anas r.a. pun mengatakan, "Kalau begitu aku mencintai Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, Abu Bakar dan 'Umar, aku berharap bisa bersama mereka karena kecintaanku pada mereka walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka." (HR. Bukhari)
Dari beberapa penjelasan di atas semoga bisa memberikan jawaban atas siapa yang seharusnya kita idolakan, yang seharusnya kita cintai melebihi orang tua, harta, bahkan diri kita sendiri.
Kalo pilihannya masih ngidolain selain Rasullullah misalnya artis (yang gak mencontohkan atau mengarahkan kita ke arah yang lebih baik, gak mengingatkan akan Allah). Misal kita tetep cinta nih sama si artis itu terus pas hari kiamat kita kan di kumpulin sama orang yang kita cintai, kalau sekiranya si artis itu masuk neraka ya berarti kita di kumpulin sama dia... wuidih ngeri beneran inimah yaa.
Kata pak Ustadz hidup itu pilihan kok, mau pilih yang mana pasti ada konsekuensinya ya, semoga kita berada dalam lindungan Allah dan pilihan kita untuk mencintai Allah dan Rasul-Nya akan membawa kita pada jalan keselamatan.
Andai aja anak-anak dan remaja mengidolakan Rasullullah pasti gak akan nemuin para alayers, cabe-cabean, terong-terongan, terong dicabein, sambel-sambelan..hahahaha
Mari berdoa untuk keselamatan generasi kaum muslim dan semakin giat belajar islam, belajar ilmu-Nya Allah lalu menyebarkan ke ummat bahwa ada islam yang memiliki solusi menyeluruh akan problematika hidup yang di hadapi saat ini.
Yang menulis tidak lebih baik dari yang membaca, semoga teman-teman bisa mendapatkan hikmah dari apa yang saya coba tulis, silahkan dievaluasi & dikritik tulisan saya yang sekiranya tidak berkenan.
Jazakumullah khairan katsiran ahsanal jaza.